Abstrak |
ISIS adalah sebuah kelompok dengan cita-cita membuat sebuah negara yang berlandaskan syariat Islam. Kelompok ini awalnya adalah binaan atau ciptaan al-Qaeda untuk wilayah Irak. Akan tetapi dengan terjadinya konflik di Suriah, ISIS pun terlibat. Dengan bantuan dana dari sejumlah negara teluk yang memang menghendaki runtuhnya rezim Assad di Suriah, kelompok ini semakin hari semakin besar dan kuat. Dengan dalih syariat, ISIS membujuk dan menghasut para pemuda Islam di seantero negeri untuk bergabung. Dalam kurun waktu 3 tahun, kelompok ini telah menguasai sebagian daerah utara dan timur Suriah. Lokasi-lokasi penghasil minyak. Namun, Negara-negara Arab yang selama ini mendukung keberadaan ISIS untuk mengerogoti pemerintahan Suriah dan Irak, perlahan mulai khawatir. Monster piaraan yang dibesarkan itu justru menjadi ancaman serius eksistensi raja-raja minyak di kawasan tersebut. Sejumlah negara tersebut akhirnya ikut melarang dan mengawasi setiap warganya yang terlibat dengan ISIS. The Essence of Islamic Revolution, menulis di Huffington Post bahwa kehadiran ISIS secara dramatis di Irak telah mengejutkan banyak orang di Barat. Banyak orang telah bingung dan merasa ngeri oleh kekerasan yang sungguh menjadi daya tarik bagi para pemuda 'Wahabi". Namun lebih dari itu, Barat juga mendapati sikap ragu Arab Saudi dalam menghadapi ISIS, yaitu antara yang meresahkan dan yang bisa dijelaskan. Kini orang layak bertanya, bukankah Saudi menganggap ISIS juga sedang mengintai mereka? Kenyataannya pun, sekarang elit penguasa Arab Saudi telah terpecah belah. Sebagian kagum atas prestasi ISIS yang berhasil memerangi "api" Syiah Iran dengan "api" Sunni versi ISIS. Dan kenyataannya negara Sunni versi ISIS baru mulai terbentuk di pusat negara yang mereka anggap sebagai warisan sejarah Islam. Mereka tertarik oleh ideologi ketat Salafi Da'ish itu. Sebagian orang Arab Saudi lainnya lebih merasa ketakutan. Hal ini dapat dipahami sebagai memori sejarah pemberontakan terhadap Abdul Aziz yang dilakukan oleh kaum Ikhwan dengan faham Wahabinya yang hampir meledak pada akhir 1920-an. Banyak juga warga Saudi yang sangat terganggu oleh doktrin-doktrin radikal Da'ish (ISIS). Kini mereka mulai mempertanyakan beberapa aspek arah wacana, termasuk kebijakan Arab Saudi. |