Jenis Bahan |
Manuskrip |
Judul |
Hikayat Purasara |
Judul Asli |
|
Judul Seragam |
|
Pengarang |
Perpustakaan Nasional
|
Edisi |
|
Pernyataan Seri |
|
Penerbitan |
Jakarta : Perpustakaan Nasional RI 2014
|
Deskripsi Fisik |
150 hlm. ; 33 x 20,5 cm. ; Ukuran Sampul 33 x 20,5 cm. Ukuran Blok Teks 27 x 16,5 cm. 17 baris/hlm. ilus. hlm. 5,8,18,22,30,34,40,48,52,56,60,104,118,127,132,133.
|
Jenis Isi |
|
Jenis Media |
|
Jenis Wadah |
|
Informasi Teknis |
Persyaratan System : Windows ; Flashplayer ; Mesin pencari Internet ( Internet explorer, Mozila , Netscape Navigator, Safari , Dll |
ISBN |
|
ISSN |
|
ISMN |
|
Subjek |
Manuskrip Melayu
|
Abstrak |
Naskah ini berisi Sangyang hendak mencipta manusia dan akan menurunkannya ke bumi. Sesudah memuja 90 tahun maka terbitlah terang dengan membawa seorang muda, yang oleh Sangyang Jagatnata diberi nama Sangkara serta dianugrahi bidadari Asmayawati yang akan diturunkan kebumi bersama-sama. Lalu dianugrahkan kekayaan kayangan kepada Sangyang Punggung Batara Guru yang menjelma menjadi Semar yang bertugas mendampingi Sangkara. Semar mencipta manusia-manusia si Gerubuk Anggaliak alias Petruk. Sangkara mempunyai tiga orang anak yakni: Sentanu, Sambiwara dan Purasara. Sentanu dan Purasara kemana-mana selalu bersama Semar, Gerubuk dan Petruk. Ketika Sentanu bertemu dengan dewi Seriwati, atas permintaan ayahnya mereka kawin dan Sangkara kembali ke Kayangan. Selanjutnya Santanu dan Purasara membagi harta pusaka orang tuanya. Sesudah itu Purasara dan para punakawan pergi kegunung Parasu untuk bertapa. Batara Guru yang mengetahui hal itu menduga jika Purasara terus bertapa tentu akan dapat melebihui dirinya, lalu ia mengajak bertanding untuk menggagalkan tapa Purasara. Tetapi pasukan dewa kalah, bahkan ada empat dewa yang berubah menjadi binatang buas. Purasara kembali kegunung Parasu melanjutkan tapanya. Batara Guru mengirimkan empat orang dewa yang menjelma menjadi wanita-wanita cantik untuk menggoda Purasara. Cobaan selanjutnya berupa dua ekor burung bersarang di atas kepala Purasara, akan tetapi juga tidak dipedulikan. |
Catatan |
Referensi: Katalog Koleksi Naskah Melayu Musium Pusat Dep P & K tahun 1972 Hal. 13-15. Naskah dalam kondisi kurang baik. Kertas naskah berwarna kecoklatan dan lapuk dan getas akibat keasaman. Lembaran naskah terlepas dari korasnya atau koyak pada sisi koras mau pun sisi lainnya. Naskah ditulis dengan menggunakan tinta hitam yang kini warnanya pudar menjadi coklat tua. Tulisan naskah masih jelas terbaca. Dijilid dengan karton bersampul kertas marmer coklat. Naskah berbentuk Prosa Kertas folio bergaris. Judul dalam teks: Hikayat Purasara (h.1) ; Judul luar teks: Hikayat Purasara (h.1) hlm. yg ditulis: 5 - 133 ; hlm. kosong: - Tersedia dalam bentuk Online AWAL TEKS: Adapun maka ceriterakan oleh ..... maka pada tatkala zaman dalam Kayangan itu yang jadi mula-mula ceritera yaitu Sangyang tunggal akan hendak berbuat seorang laki-laki yang mau diturunkan ke dalam alam dunia. AKHIR TEKS: Sebab tiada boleh sekali didengar seorang seperti seorang anaknya maka itulah jadi tiada karuan pinggir anak demikianlah ceriteranya.
|
Bahasa |
Melayu |
Bentuk Karya |
Tidak didefinisikan |
Target Pembaca |
Tidak diketahui / tidak ditentukan |
Lokasi Akses Online |
http://192.168.0.143/inlisnew/KatalogAdd.aspx?edit=1&id=427041 |