Jenis Bahan |
Monograf |
Judul |
KH. Ma'ruf Asnawi : ulama zuhud pecinta ahlul bait sejati / Muhammad Rikza Chamami, Mc. Mifroful Hana Chamami, Hanik Hidayati, Hanik Hidayati, Permata Sharoh, Yosi Andriani |
Judul Asli |
|
Judul Seragam |
|
Pengarang |
Muhammad Rikza Chamami © 2023 (pengarang) Mifroful Hana Chamami (pengarang) Hanik Hidayati (pengarang) Permata Sharoh (pengarang) Yosi Andriani (pengarang)
|
Edisi |
|
Pernyataan Seri |
|
Penerbitan |
Yogyakarta : Diandra, 2023
|
Deskripsi Fisik |
xiv, 119 halaman ; 21 cm
|
Jenis Isi |
teks
|
Jenis Media |
tanpa perantara
|
Jenis Wadah |
volume
|
Informasi Teknis |
|
ISBN |
62-1589-0204-313 x, 118 halaman ; 20 cm
|
ISSN |
|
ISMN |
|
Subjek |
Ma'ruf Asnawi -- Biografi -- Kiai Alim ulama - Biografi - Kudus
|
Abstrak |
KH. Ma'ruf Asnawi dikenal sebagai ulama' yang zuhud. Hakikat zuhud adalah mengalihkan kesenangan dari sesuatu kepada sesuatu yang lebih baik. Sedangkan, praktisnya zuhud adalah hilangnya hubungan hati dengan harta dan tidak harus kehilangan harta. Bagi KH.Ma'ruf Asnawi, seseorang yang sudah menempatkan sifat zuhud seusal porsinya, maka harta kekayaan yang dimilikinya akan disadari sebagai amanat titipan Allah Subhanahu Wa Ta'ala, kapan pun harus siap diambil oleh pemberi amanat dan kapanpun harus ikhlas diberikan kepada yang membutuhkannya. Kyai yang bersifat penyabar dan tidak pemarah ini membuat para santri yang pernah mengaji kepada beliau merasa betah dan tidak jenuh untuk mendengarkan keterangan-keterangan dari beliau. Semasa hidupnya, beliau merupakan sosok pecinta keturunan Nabi Shollallahu 'Alaihi Wasallam sejati. Karena kemuliaan keturunan Rasulullah Shollallahu 'Alaihi Wasallam sifatnya zatiyyah, yaitu kemuliaan yang diperoleh secara otomatis sejak lahir karena di dalam tubuhnya mengalir darah manusia terbaik, Rasulullah Shollallahu 'Alaihi Wasallam. Atas dasar itu, memuliakan dan menghormati zurriyah Rasulullah Shollallahu 'Alaihi Wasallam harus pula secara zatiyyah, secara otomatis tanpa mempedulikan adanya faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi penghormatan kita terhadap mereka. Dengan kemuliaan dan pemuliaan zurriyah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang bersifat zatiyyah itu, kita tak perlu lagi bingung, gamang dan ragu untuk memuliakan Zurriyah Rasulullah saat mereka berbeda dengan kita dalam hal apapun. Cukup kita katakan, "Aku memuliakan mereka karena ada darah Rasulullah Shollallahu 'Alaihi Wasallam dalam tubuh mereka, tapi aku berbeda pendapat dengan mereka dalam masalah ini". Meskipun berbeda pendapat dengan zurriyah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah keniscayaan yang mungkin terjadi dan dapat ditolerir. Akan tetapi, menarik diri dari memuliakan mereka saat berbeda pendapat dengan kita adalah suatu tindakan ceroboh yang tidak ada rukhshoh, keringanan dan toleransi. Dalam hal ini, maka benang merahnya sangat jelas bagi yang sedikit saja mau berfikir. Kita hanya tidak sependapat dengan cara mereka, tetapi kita tetap mencintai mereka karena kemuliaan nasab yang ada pada diri. |
Catatan |
Bibliografi : halaman 104-106
|
Bahasa |
Indonesia |
Bentuk Karya |
Tidak ada kode yang sesuai |
Target Pembaca |
|
Lokasi Akses Online |
|