Jenis Bahan |
Monograf |
Judul |
Kulando berkobarnya perlawanan tanah Mandailing : penulis, Yandi Syaputra Hasibuan ; editor, Dr. Muhamad Husein Maruapey, Drs., M.sc |
Judul Asli |
|
Judul Seragam |
|
Pengarang |
penulis, Yandi Syaputra Hasibuan ; editor, Dr. Muhamad Husein Maruapey, Drs., M.sc
|
Edisi |
Cetakan Pertama, November 2022 |
Pernyataan Seri |
|
Penerbitan |
Bojonegoro: CV. Karya Bakti Makmur Indonesia, 2022
|
Deskripsi Fisik |
x, 110 halaman : 21 cm
|
Jenis Isi |
|
Jenis Media |
|
Jenis Wadah |
|
Informasi Teknis |
|
ISBN |
978-623-499-109-3
|
ISSN |
|
ISMN |
|
Subjek |
|
Abstrak |
Kulando adalah sebutan kata “Belanda” oleh orang-orang Mandailing. Berawal dari triumvirat (Sutan, Lagut, dan Parada), mereka bertiga pergi merantau untuk menempuh pendidikan. Sutan dan Parada dikirim ke Pulau Jawa, sedangkan Lagut pergi mengadu nasib ke Padang Panjang. Hidup di perantauan, membuat mereka harus beradaptasi ulang dengan keadaan. Seperti pepatah “Jauh berjalan banyak dilihat”, mereka kemudian menyaksikan peristiwa aneh, terjadi pemberontakan Persatuan Komunis Hindia yang amat dahsyat melibatkankan ribuan massa.Terpesona dengan kejadian-kejadian di perantauan, momen itu pun tiba ketika terjadi depresi ekonomi tahun 1930, mereka terpaksa balik kampung. Setelah beberapa tahun meninggalkan kampung halaman. Mereka menyaksikan terjadi perubahan drastis, semua mengalami krisis yang sama. Mandailing kering-kerontang, Belanda tetap diam saja tidak memperdulikan nasib rakyat Mandailing. Atas dasar pengalaman dan kejadian yang menimpa kampung halaman. |
Catatan |
|
Bahasa |
|
Bentuk Karya |
|
Target Pembaca |
|
Lokasi Akses Online |
|