Abstrak |
Pada abad ke-13 Masehi, Islam masuk ke Indonesia, kebudayaan Arab mulai merasuk pada sendi-sendi kehidupan bermasyarakat Indonesia. Islam diterima oleh mayoritas bangsa Indonesia, berikut dampak lainnya, termasuk Aksara di dalamnya. Aksara Pegon, Melayu dan Bilang-bilang, merupakan contoh yang berinduk kepada Aksara Arab. Aksara-aksara di Nusantara yang berakar pada aksara Palawa, Nagari dan Arab, telah berhasil kita olah, dan kita munculkan menjadi puluhan aksara yang digunakan di wilayah kerajaan-kerajaan di Nusantara. Jadilah kita memiliki beragam aksara di daerah masing-masing. Keberadaan aksara-aksara tersebut nyaris dihentikan oleh diberlakukannya aksara asing (Latin) secara nasional. Buku ini memuat beberapa tulisan tentang bahasa dan aksara, serta gambar aksara-aksara se-Nusantara untuk dapat dijadikan bahan kajian, dan komunikasi yang kita jalin melalui tulisan ini, menggunakan aksara asing (latin). Kongres Aksara barangkali bisa menjawab bahwa kita bisa punya aksara sendiri, sebagai Karya Asli bangsa besar. Aksara itu hendaknya mampu menunjukkan jatidiri bangsa, mempererat dan memperkokoh NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), setelah para pendiri bangsa mengikrarkan sumpah Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa Indonesia, dan (diharapkan) Satu Aksara Indonesia-bukan aksara asing (latin). |