Abstrak |
Sylvia Plath mulai menulis buku harian sejak kecil. Pada saat dia berada di Smith College, ketika buku ini dimulai, dia telah menyelesaikan rutinitas hampir setiap hari dengan jurnalnya, yang juga merupakan buku sumber untuk tulisannya. Plath pernah menyebut jurnalnya sebagai "Sargasso", gudang imajinasinya, "litani mimpi, arahan, dan perintah", dan sebenarnya halaman-halaman ini mengandung kuman dari sebagian besar karyanya. Ambisi Plath sebagai seorang penulis sangat mendesak dan pada akhirnya menguras tenaga, membutuhkan panas, kekacauan yang luar biasa, bahkan kekerasan yang membakar dirinya. Intensitas perjuangan ini ditampilkan dalam jurnalnya dengan kejelasan yang tak tanggung-tanggung, mengungkapkan baik keputusasaan yang sering terjadi pada situasinya maupun keberanian yang dia hadapi saat menghadapi iblis-iblisnya. |