Abstrak |
Pat Peoples meyakini bahwa hidup adalah sebuah film yang bakal berakhir bahagia, makanya dia tidak menyia-nyiakan kesempatan ketika diizinkan meninggalkan rumah sakit jiwa tempatnya dirawat. Pat sudah berolahraga keras untuk menjaga badannya, berusaha untuk menjadi sosok yang lebih peka, bahkan membaca buku-buku sastra—semua dilakukan agar dia bisa segera rujuk dengan istrinya, Nikki. Pat sudah berubah, jadi seharusnya Nikki juga akan segera kembali ke pelukannya dan mereka berdua hidup bahagia selama-lamanya... ya, kan? Tapi kenapa masalah justru semakin bertambah? Dad ternyata terganggu dengan kehadiran putranya yang sinting di rumah, Mom sepertinya menyembunyikan rahasia besar dari Pat, dan Kenny G—ya, sang saksofonis itu—bahkan menghantui hari-harinya. Yang paling merepotkan adalah Tiffany. Kenapa perempuan itu selalu membuntuti ke mana pun Pat pergi? Novel debut yang menggabungkan cerita cinta, dinamika keluarga, kehidupan penggemar olahraga, dan masalah kesehatan mental ini sudah difilmkan dan meraih nominasi Oscar. Lewat The Silver Linings Playbook, Matthew Quick mengajak kita memasuki isi kepala Pat, melihat caranya memandang dunia lewat sudut pandang yang janggal tapi menawan. |