Sampul
Cite This                Tampung       
Jenis Bahan Monograf
Judul Kontestasi kuasa pada warisan budaya : genealogi pengelolaan daya tarik wisata Tanah Lot / penulis, A.A. Rai Sita Laksmi ; penyunting, I Made Mardika
Judul Asli
Judul Seragam
Pengarang Rai Sita Laksmi, A.A. 1959- (penulis)
I Made Mardika (penyunting)
Edisi cetakan pertama
Pernyataan Seri
Penerbitan Denpasar : Udayana University Press , 2020
Deskripsi Fisik xx, 191 halaman : ilustrasi ; 23 cm
Jenis Isi teks
Jenis Media tanpa perantara
Jenis Wadah volume
Informasi Teknis
ISBN 978-602-294-423-2
ISSN
ISMN
Subjek Pariwisata - Bali
Kebudayaan Bali
Bali -- Deskripsi dan perjalanan
Abstrak Buku berjudul “Kontestasi Kuasa pada Warisan Budaya: Genealogi Pengelolaan Daya Tarik Wisata Tanah Lot” berfokus pada penggambaran pergulatan tri polding, yaitu Pemerintah Kabupaten Tabanan, CV. Aryjasa Wisata, dan masyarakat Beraban dalam memperebutkan modal ekonomi, sosial, budaya, dan simbolik. Ketidakpuasan masyarakat lokal terhadap sistem pengelolaan Tanah Lot menjadi akar penyebab pertarungan antar kelompok kepentingan tersebut. Ada tiga persoalan yang dipaparkan dalam biku ini yaitu (1) dinamika kontestasi kuasa pada warisan budaya dalam pengelolaan daya tarik wisata Tanah Lot, (2) Ideologi kontestasi kuasa pada warisan budaya dalam pengelolaan daya tarik wisata Tanah Lot, dan (3) makna kontestasi kuasa pada warisan budaya dalam pengelolaan daya tarik wisata Tanah Lot. Dinamika kontestasi kuasa yang terjadi merefleksikan dimensi politik ekonomi, permainan ideologi, dan berbagai peta makna. Dinamika kontestasi sebagai Proses-proses pergulatan kuasa sebagai substansi kajian mencakup genealogi kontestasi, dinamika sistem pengelolaan, praktik kontestasi, dan konstruksi hasil kontestasi. Genealogi kontestasi menguraikan jejak-jejak kontinuitas historis pergulatan kekuasaan dan diskontinuitas diskursus, diawali gagasan pengelolaan warisan budaya sebagai daya tarik wisata sejak tahun 1971 dan perkembangannya sampai tahun 2011. Pertarungan ini menimbulkan dinakima sistem pengelolaan atau perubahan manajemen pengelolaan wisata dari sistem perorangan, kontrak, kemitraan, hingga model pendampingan. Praktik kontestasi kuasa melibatkan tiga pilar meliputi unsur pemerintah, kapital, dan Desa Pakraman Beraban. Perebutan peran mencakup sistem pengelolaan, kepemimpinan, kepemilikan, dan hak kuasa atas Tanah Lot. Proses kontestasi melahirkan kompromi sistem pengelolaan dalam bentuk kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat yang menjadi kekuatan baru membangun tatanan kelembagaan, sebagai hasil dekonstruksi institusi sebelumnya. deologi dalam kontestasi kuasa di Tanah Lot meliputi ideologi kapitalisme, pariwisata, dan tri hita karana. Ideologi kapitalisme yang dimaksud adalah sikap mental mencari keuntungan secara rasional, dan cara produksi yang berimplikasi di bidang ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Persaingan para pihak memperebutkan pendapatan melibatkan tiga aktor, yaitu pemilik modal (CV Aryjasa Wisata), pemerintah, dan masyarakat. Ideologi pariwisata meliputi pariwisata berkelanjutan dan pariwisata budaya. Pariwisata berkelanjutan mencakup dimensi lingkungan, ekonomi (kesejahtraan masyarakat), dan sosial-budaya (kemandirian masyarakat). Pariwisata budaya mengarah kepada pengembangan pariwisata yang memanfaatkan warisan budaya. Kecilnya pembagian retribusi untuk warisan budaya, dan besarnya memperoleh pembagian hasil untuk pengelola dipandang tidak adil, sehingga memicu masyarakat untuk memperjuangkan klaim kepemilikan warisan budaya. Ideologi Tri hita karana diartikan sebagai harmonisasi hubungan manusia dengan Tuhan, manusia, dan lingkungan. Dalam konteks ini, hubungan manusia dengan Tuhan dan lingkungan berjalan dengan baik. Namun, dishamoni terjadi pada relasi manusia dengan manusia. Makna kontestasi meliputi penguatan demokrasi, pemberdayaan masyarakat, pelestarian warisan budaya, dan penguatan citra pariwisata. Penguatan demokrasi, mencakup kewenangan pemerintah dalam menentukan kebijakan dan kekuasaan masyarakat dalam sistem pengelolaan Tanah Lot. Pemberdayaan masyarakat terwujud dalam perekonomian melalui peningkatan pendapatan dan peluang kerja. Pelestarian warisan budaya, berupa peningkatan kesadaran pemerintah dan masyarakat dalam pelestarian warisan budaya. Makna penguatan citra pariwisata, terwujud dalam praktik menjaga suasana kondusif, kenyamanan, dan keamanan warisan budaya sebagai daya tarik wisata meskipun terjadi kontestasi.
Catatan Indeks
Bibliografi : halaman 145-155
Bahasa Indonesia
Bentuk Karya Bukan fiksi
Target Pembaca Umum
Lokasi Akses Online
 
 

Karya Terkait

  • Buana kosa : alih aksara dan alih bahasa / tim penterjemah, I Gusti Ngurah Rai Mirsha...[et al.]
  • Nagarakartagama / tim peneliti I. Gusti Ngurah rai Mirsha ... [et. al.]
  • Catatan sejarah Lanud Ngurah Rai di gerbang pariwisata internasional / editor , Muslihudin
  • Permainan rakyat daerah Bali / penulis Ida Bagus Oka Windhu ... [et al]
  • Pariwisata dan pembangunan ekonomi : Bali sebagai kasus / I Nyoman Erawan
  • Agrowisata sebagai pariwisata alternatif indonesia/ I Gusti Bagus Rai Utama
  • Masalah sanksi delik adat di Bali :studi terhadap delik adat logika sanggraha /oleh I Ketut Rai Setiabudhi
  • Budaya masyarakat suku bangsa Bali Aga (desa Sembiran) di Kabupaten Buleleng Propinsi Bali / I Gusti Ngurah Bagus
  • Membangun Pariwisata dari Desa: Desa Wisata Blimbingsari Jembrana Bali Usaha Transformasi Ekonomi / penulis, Dr. I Gusti Bagus Rai Utama,S.E., M.MA., M.A., Dr. I Wayan Ruspendi Junaedi, S.E., M.A.
  • GEMA pariwisata Bali