| Abstrak |
Cerpen-cerpen dalam antologi ini memunculkan idiom-idiom lokalitas dan pesantren dalam semburan bahasanya. Beberapa menampilkan narasi-narasi usang tentang kesetiaan, rumah tangga, relasi laki-laki dan perempuan, dan potongan peristiwa keseharian lainnya yang banyak di ekplorasi para penulis cerita. Dalam antologi cerpen ini, perempuan-perempuan penulis berusaha membuktikan bagaimana memanfaatkan idiom bahasa pada ruang teknologi dan informasi untuk berinteraksi dalam sebuah karya. Serpihan-serpihan cerita banyak diwarnai idiom tersebut; handphone, whatsapp, dan lain sebagainya. Di sisi lain ada bahasa-bahasa khas sebagai simbol karakter perempuan-perempuan yang diinginkan, yaitu santri, takzim, buncahan emosi perempuan khas pesantren yang sangat rapat menyimpan kehormatan atau mungkin beban. |