Jenis Bahan |
Monograf |
Judul |
Situs Liyangan dan kita / penanggung jawab kegiatan; Sugeng Riyanto; redaktur, Hari Wibowo ;editor, Baskoro Daru Tjahjono ; fotografer, Sugeng Riyanto, Andreyas Eko Atmojo, Akunnas Pratama, Shoim Abdul Aziz ; desain grafis & layout Rochmawati Sholihah Jentera Intermedia ; pembuat makalah Sugeng Riyanto ; operator drone, Akunnas Pratama, Sugeng Riyanto Shoim Abdul Aziz |
Judul Asli |
|
Judul Seragam |
|
Pengarang |
Sugeng Riyanto, 1970- (pembuat makalah, penanggungjawab kegiatan, fotografer) Hari Wibowo (redaktur) Baskoro Daru Tjahjono (editor)
|
Edisi |
Cetakan Pertama, Oktober 2019 |
Pernyataan Seri |
|
Penerbitan |
Yogyakarta: Balitbang, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Balai Arkeologi Daerah Istimewa Yogyakarta, 2019
|
Deskripsi Fisik |
80 halaman : Ilustrasi, 24 cm
|
Jenis Isi |
teks
|
Jenis Media |
tanpa perantara
|
Jenis Wadah |
volume
|
Informasi Teknis |
|
ISBN |
978-623-91488-1-2
|
ISSN |
|
ISMN |
|
Subjek |
Temanggung - Arkeologi Temanggung -- Situs Liyangan
|
Abstrak |
Penerbitan ini merupakan bagian dari seri publikasi melalui penerbitan buku berisi foto-foto yang terangkai dan saling berkaitan, disebut "photobook". Di Indonesia, photobook hasil penelitian arkeologi masih tergolong langka, Balai Arkelogi Daerah Istimewa Yogyakarta menerbitkan pertama kali tahun 2016 dengan judul "Liyangan: Kini, Doeloe, dan Esok". Photobook tersebut merupakan seri pertama sebagai upaya mempublikasikan hasil penelitian situs Liyangan melalui kemasan yang mudah dipahami oleh pembaca. Situs Liyangan masih dan akan terus diteliti, dikemas informasinya, serta dihadirkan ke tengah-tengah masyarakat; salah satunya adalah dengan merencanakan untuk menerbitkan seri-seri photobook berikutnya. Masyarakat adalah bagian terpenting dalam hasil kerja penelitian arkeologi, ketika gaung situs semakin luas, maka tuntutan atas informasi juga berbanding lurus. Oleh sebab itu kiranya sangat cocok jika photobook seri kedua ini diberi judul "Situs Liyangan dan Kita". Bukan hanya karena semakin besar antusias masyarakat, tetapi juga peran stakeholders dalam pengelolaan situs. Untuk itulah saya menyambut dengan gembira terbitnya buku ini sekaligus berharap dapat memenuhi kebutuhan khalayak yang sudah menantikan untuk menyimaknya. Semoga buku ini juga dapat menjadi inspirasi bagi segenap stakeholders untuk berperan dalam menjaga gema merdu demi masa depan situs Liyangan,Sesungguhnya, rona Liyangan yang semakin molek dan rupawan itulah yang menyebabkan semakin banyak orang datang ke sana. Bukan saja karena rasa penasaran, tentu saja karena memang banyak hal-hal menakjubkan yang dapat disaksikan; potongan-potongan peradaban leluhur, lebih dari seribu tahunyang lalu. Tidak sampai di situ, para pelancong dipastikan juga "berfoto-ria" di situs, lalu mengunggah di akun media sosial disertai berbagai cerita pengalaman masing-masing. Tidak mengherankan jika gaung merdu situs Liyangan semakinluas karenanya. Memang tidak berlebihan jika dikatakan mosaik peradaban Liyangan kno ibarat orkestra yang sedap didengar, dan semakin merdu. Pengunjung situs cukup beragam, menurut catatan dikategorikan meliputipelajar, mahasiswa, umum, asing, dan kedinasan. Yang menarik dari catatan itu adalah pengunjung dari luar negeri yang selalu ada dalam laporan setiap bulannya. Sementara itu jumlah terbanyak adalah pengunjung umum. |
Catatan |
Bibliografi : halaman 80
|
Bahasa |
Indonesia |
Bentuk Karya |
Tidak ada kode yang sesuai |
Target Pembaca |
|
Lokasi Akses Online |
|