Jenis Bahan |
Monograf |
Judul |
Sistem kekerabatan masyarakat Lampung / Windo Dicky Irawan, M.Pd., Dewi Sri Kuning, M.Pd |
Judul Asli |
|
Judul Seragam |
|
Pengarang |
Windo Dicky Irawan (pengarang) Dewi Sri Kuning, 1991- (pengarang)
|
Edisi |
Cetakan pertama, Agustus 2019 |
Pernyataan Seri |
|
Penerbitan |
Aceh : Yayasan Cahaya Bintang Kecil, 2019
|
Deskripsi Fisik |
v,44 halaman : ilustrasi ; 20 cm
|
Jenis Isi |
teks
|
Jenis Media |
tanpa perantara
|
Jenis Wadah |
volume
|
Informasi Teknis |
|
ISBN |
978-623-7234-38-8
|
ISSN |
|
ISMN |
|
Subjek |
Keluarga - Lampung Lampung -- Keadaan sosial dan adat istiadat
|
Abstrak |
Setiap daerah, baik kekerabatan berdasarkan keturunan maupun kekerabatan berdasarkan perkawinan memiliki sistem kekerabatan yang berbeda. Sistem kekerabatan tersebut digunakan untuk menjaga komunikasi dalam berbahasa di daerah tertentu. Oleh karena itu, kata sistem kekerabatan tersebut perlu dilestarikan agar tidak punah. Tingginya globalisasi dan mobilitas sosial, serta perluasan penyebaran media masa ke pelosok-pelosok daerah seperti tv, radio, dan surat kabar telah mempengaruhi dan semakin tidaktahunya sistem kekerabatan pada suatu daerah. Hal inilah yang mengancam punahnya sistem kekerabatan setiap daerah, seperti halnya juga pada Masyarakat Lampung Pepadun. Sistem kekerabatan tersebut sangat erat kaitannya dengan adat dan budaya pada masyarakat Lampung Pepadun. Masyarakat Pepadun sendiri terbagi menjadi empat daerah, yaitu 1) Abung, 2) Tulang Bawang, 3) Way Kanan/Sungkai, dan 4) Pubiyan (Hadikusuma, 2009:5). Masyarakat pepadun memiliki dua dialek yang berbeda. Orang-orang Way Kanan/Sungkai menggunakan dialek A (api), dan orang orang Abung dan Tulang Bawang menggunakan dialek O (nyo). |
Catatan |
Bibliografi : halaman 42
|
Bahasa |
Indonesia |
Bentuk Karya |
Bukan fiksi |
Target Pembaca |
Umum |
Lokasi Akses Online |
|