Abstrak |
Sore itu seperti biasa di hari kerja kereta listrik itu selalu penuh dengan orang, orang-orang berdatangan ke stasiun, seperti halnya Yudhasana. Dia mengejar jam kuliah sore, dia adalah mahasiswa dengan bekerja paruh waktu untuk mencukupi biaya pendidikannya secara mandiri. Dia sangat percaya harapan itu ada, langkah kaki yang membawa badan tambunnya itu selalu kuat untuk sedikit lebih cepat menggapai jadwal kereta dan mengejar kelas setiap sore. Dia sangat percaya mimpi dan harapan selalu membuat dia hidup, bekerja paruh waktu sebagai honorer di sebuah laboratorium penelitian menjadikan dia orang yang banyak menghapal teori dan mengaplikasikan dalam hidupnya. Dia orang yang sangat logis. Namun semua berubah ketika dia mengenal indri yang menarik perhatiannya di kelas sore waktu itu. Binar matanya berubah melihat senyum indri yang begitu manis. Indri yang merupakan pecinta kopi membuat Yudhasena harus mau tak mau mengenal kopi kembali. Larutan kafein itu menumbuhkan perasaan di hati mereka. Yudhasena yang selalu hilang logisnya setiap mendapati senyum Indri menjadi orang yang paling takluk di depan Indri. Hubungan mereka pun akhirnya terjalin setelah Indri benar benar selesai dengan masalalunya.Nasib berkata lain, hubungan mereka terpisah jarak dan waktu setelah yudhasena lulus kuliah dan diterima bekerja di tanah Bugis Makassar. Hubungan jarak jauh pun menjadi cobaan yang paling berat yang dilaluinya. Indri mulai bersikap aneh dan akhirnya meninggalkan yudhasena tanpa alasan yang jelas. Hatinya hancur berantakan dan dia lebih sering menyendiri di kedai kopi disetiap malam minggunya. Dia sangat mencintai Indri, dia lampiaskan dengan kopinya setiap malam minggu, namun siapa sangka Yudhasena dipertemukan dengan gadis Bugis bernama Puspa. Namun sebetulnya Yudha tidak bisa memberikan cintanya kepada puspa sepunuh hati seperti yang diaberikan kepada Indri. Puspa terlanjur mencintai Yudhasena.Semuanya menjadi berantakan, Puspa dipertemukan dengan Indri dan membuat semua cerita cinta dengan Puspa pun menjadi berantakan. Indri ternyata masih menyimpan rindu kepada Yudhasena. Puspa mengetahuinya dan Yudhasena terpaksa harus menuju Jakarta dan menemui mereka untuk menyelesaikan masalahnya. Semua perjalanan akhirnya berkhir dengan sikap Yudhasena yang terinspirasi oleh pahitnya kopi, tegas walau sudah tercampur dengan manisnya rindu dan tebalnya cemburu. Yudhasena lebih memilih pergi dan kembali kepada orangtuanya. |