Abstrak |
Jika demokrasi hanya dinilai dari sudut prosedural, maka Indonesia terbilang demokratis. Akan tetapi, ukuran demokrasi sejatinya dimaknai sebagai keseluruhan sistem bernegara-bangsa menuju sebuah tatanan kehidupan yang lebih baik, beradab, dan sejahtera lahir batin. Selain itu, peran agama pun perlu diketengahkan dalam mewarnai wajah demokrasi Indonesia. Dialektika relasi agama dan demokrasi hingga kini menjadi pergulatan diskursus yang seolah tanpa ujung. Di satu sisi, para pemeluk agama menginginkan kontribusi agama dalam ruang publik. Sebaliknya, di sisi lain, sebagian menginginkan sublimasi agama dalam ruang privat. Akan tetapi, dalam kenyataannya agama masih dijadikan alat oleh para elit penguasa untuk meraup keuntungan sebagian kelompok saja. Bagaimana sejatinya agama ditafsirkan dan dibumikan dalam sistem kenegaraan, khususnya Indonesia menjadi salah satu sorotan dalam buku ini. Agama perlu ditafsirkan menjadi ajaran transformatis sehingga melahirkan penganut yang memiliki bukan hanya kesalehan individu dan sosial, namun juga pada tingkat tertingginya yaitu kesalehan publik. Realitanya, fungsi agama sebagai sekumpulan ajaran pembebasan belum menemukan titik pijaknya. Akhirnya, misi profetik-liberatif agama masih perlu menempuh jalan panjang perjuangan. |