Jenis Bahan |
Monograf |
Judul |
Melipat air : jurus budaya pendekar tionghoa : lee man fong, siauw tik kwie, lim wasim / Agus Dermawan T ; penyunting, Robertus Rony Setiawan |
Judul Asli |
|
Judul Seragam |
|
Pengarang |
Agus Dermawan T., 1952- (pengarang) Robertus Rony Setiawan (penyunting)
|
Edisi |
Cetakan pertama, 2016 |
Pernyataan Seri |
|
Penerbitan |
© Agus Dermawan T Jakarta : PT Gramedia, 2016
|
Deskripsi Fisik |
vi, 307, 3 halaman tidak bernomor : ilustrasi ; 23 cm
|
Jenis Isi |
teks Ensiklopedia ringkas untuk anak : Masyarakat dunia / Jacqueline Dineen; alih bahasa, Dwi Woro Handayaningrum; alih aksara, Yayasan Mitra Netra
|
Jenis Media |
tanpa perantara
|
Jenis Wadah |
volume
|
Informasi Teknis |
|
ISBN |
978-979-91-1006-0
|
ISSN |
|
ISMN |
|
Subjek |
Siauw, Tik Kwie, -- 1913-1988 Lim, Wasim, -- 1929-2004 Pelukis - Biografi
|
Abstrak |
Mengungkap/mengingatkan kembali ihwal keberadaan tiga tokoh budaya dan seni keturunan Tionghoa : Lee Man Fong, Siauw Tik Kwie dan Lim Wasim. Tak dapat dimungkiri, ketiga sosok ini pada abad ke-20 sudah menenamkan jasa besar kepada bangsa dan negara Indonesia. Meski mereka berkiprah dalam lingkungan seni rupa, jangkaun pikiran, kaki dan tangannya tampak melewati batas-batas profesinya. Lee Man Fong yang amat dikenal sebagai pelukis, pendiri Yin Hua. Perkumpulan yang dipimpinnya sanggup menggerakan para pelaku seni Tionghoa di seluruh nusantara untuk memformulasi karya unik, yang lantas menyumbang kebhinekaan produk budaya Indonesia. Siauw Tik Kwie yang dikenang sebagai pelukis, pernah sangat popular sebagai komikus setelah melahirkan komik Sie Djien Koei. Masyarakt Indonesia merasakan, betapa komik Siauw Tik Kwie sanggup menghipnotis berbagai lapis generasi, lintas warna kulit, bahkan menembus garis wilayah profesi. Diam-diam Siauw Tik Kwie menelusup ke dunia penulisan dan pemikiran, diantaranya lewat ketekunannya menerjemahkan kitab filsafat dan psikologi Jawa dari ki Ageng Suryomentaram. Iapun teropsesi sebagai guru sepiritual bagi banyak orang. Sedangkan Lim Wasim memiliki kontribusi tersembunyi bagi bangsa dan negara Indonesia. Dengan menerima tawaran Presiden Sukarno untuk mengukung dirinya dalam istana presiden. Setiap hari mengurusi dan merawat koleksi seni kepunyaan kepala negara yang disimpan menghiasai istana presiden di lima kota. Ia sekuat tenaga menjaga koleksi itu di tengah ricuhnya politik istana.Karena sepirit dan ketlatenannya, bangsa Indonesia dan dunua akhirnya bisa menikmati ribuan benda seni peninggalan Presiden Sukarno, yang sekarang terpasang di dinding , lantai dan taman istana Presiden. 2020 Yayasan Mitra Netra, Jakarta : |
Catatan |
bibliografi : halaman 305-307
|
Bahasa |
Indonesia |
Bentuk Karya |
Bukan fiksi |
Target Pembaca |
Umum |
Lokasi Akses Online |
|